Translate

Tuesday, October 23, 2012

Askep Tb=B (Tuberkulosa)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt6s7EdAmu_TY_WKEzsf_KM9WCq3G8s3k3Hsmp4MFtbbKEX0PWovqObuFCZd2P9hAn2aiW_hCZ2Idm92_dLGS1k8WsKLTMwhmvhTjdVj5zfAUe2nG-8ggw7HiQcABC32_P9KC-i-NjxxLS/s1600/sebar_tbc.jpg

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
            Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan yang akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditangani sejak dini. Penyakit ini dapat diatasi dengan mendapat pengobatan dan pencegahan penularan.Penyakit TB paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi dini yang memperparah bagi penderita itu sendiri. Jika dalam keadaan yang sangat parah, maka akan berdampak hingga ke organ lain seperti usus,tulang dan otak.       Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007).
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.
B.     Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang tuberculosis paru.
2.      Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan tuberkulosis paru.  


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Anatomi fisiologi sistem respirasi
1.      Organ pernafasan :
a.       Hidung
            Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,mempunyai dua lubang ( kavum nasi ),dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung (Syaifuddin, 2006).
Bagian dari hidung :
1)      Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2)      Bagian tengah terdiri dari otot dan tulang rawan
3)      Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis),yang berjumlah 3 buah:
1)      Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
2)      Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
3)      Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Fungsi hidung  yaitu:
1)       Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2)      Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3)      Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4)      Membunuh kuman yang masuk bersama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lender (mukosa) atau hidung.


b.      Faring
            Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tenggorokan,dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain; keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana; kedepan berhubungan dengan rongga mulut,tempat hubungan ini bernama itsmus fausium ; kebawah terdapat 2 lubang;ke depan lubang laring ,ke belakang lubang esophagus. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat,juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.perkumpulan getah bening ini dinamakan adeonoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan dari faring. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Syaifuddin,2006).
Rongga tekak dibagi menjadi 3 bagian:
1)      Bagian sebelah atas yang sama setingginya dengan koana disebut nasofaring
2)      Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
3)      Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring
c.       Laring
            Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalisdan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Syaifuddin,2006).
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1)      Kartilago tiroid (1 buah) depan zakun (Adam’s apple),
2)      Kartilago ariteanoid (2 buah)
3)      Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4)      Kartilago epiglotis (1buah)


d.      Trakea
            Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk kuku kuda (huruf C). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut ber silia,hanya bergerak kerah luar. Panjang trakea 9 – 11cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel –sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan (Syaifuddin,2006).
e.       Bronkus
            Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,mempunyai struksur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke rah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri,terdiri dari 6-8 cincin,memunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunya 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang ,cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin,2006).
f.       Paru-paru
            Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah  paru-paru kiri dan kanan (Syaifuddin,2006).
            Paru-paru dibagi dua : paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (lobus dekstra superor, lobus media, dan lobus inferior)  tiap lobus tersusun oleh lobulus dan paru-paru kiri, terdiri dari  pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior, tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen.
            Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletk jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2  yaitu: pleura viserasil (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru, dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
            Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kamvum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehigga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)  yang berguna untuk meminyaki permukaan nya (pleura),menghindarikan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas (Syaifuddin,2006).
2.      Mekanisme pergerakan pernapasan
      Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,teratur,berirama dan terus-menerus. Bernapas merupakan gerakan reflex yang terjadi pada otot-otot pernapasan yang diatur oleh pusat pernapasan  yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata)untuk pengaturan napas juga di pengaruhi oleh korteks serebri (Syaifuddin,2006).
a.       Inspirasi
Terjadi bila muskulus diapragma telah mendapatkan rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang terletaknya miring, setelah mendapatkan rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara didalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar (Syaifuddin,2006).
b.      Ekspirasi
Ekspirasi,pada saaat suatu otot-otot akan kendor lagi (diapragma akan menjadi cekung,muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau perrnapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin,2006).
B.     Defenisi Tuberkulosis
            Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma dan menimbulkan necrosis pada jaringan infeksi yang dapat mengenai organ dalam tubuh,tetapi yang paling sering dikenai adalah jaringan paru (Smeltzer & Bare,2002).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.kuman batang aerob dan tahan asam ini,dapat merupakan organisme patoge maupun saprofit (Sylvia & Wilson,2006)
C.     Etiologi
            Penyebab utama terjadinya tuberculosis paru ini adalah mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis organism ini berbentuk basil yang tersusun atas asam lemak (lipid) dan membuatnya tahan terhadap asam dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet.
            Tuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara,batuk,bersin,tertawa atau bernyanyi,melepaskandroplet besar ( lebih besar dari 100 µ) dan kecil (1 sampai 5 µ ).sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare,2002).

D.     Klasifikasinya
1.      Klasifikasi TB di buat berdasarkan gejala klinis, bakteriologik,radiologic dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu factor determinan untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program Gerdunas P2TB Paru dibagi sebagai berikut.
a.       TB paru BTA positif dengan criteria:
1)      Dengan atau tanpa gejala klinis
2)      BTA positif : mikroskopik positif 2 kali,mikroskopik positif 1 kali di sokong biakan positif 1 kali.
3)      Gambaran radiologi sesuai dengan TB paru.
b.      TB patu BTA negative dengan criteria:
1)      Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif
2)      BTA negative,biakan negative tetapi radiologi positif.
c.       Bekas TB paru dengan criteria :
1)      Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative.
2)      Gejala klinik tidak ada atau tanda dan gejala sisa akibat kelainan paru
3)      Radiologic menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,menunjukkan serial photo yang tidak berubah
4)      Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
2.      System klasifikasi TBC berdasarkan patogenesis panyakit menurut kelas dan tipe nya (dari pusat pencegahan dan pengendalian penyakit: core curriculum on tuberculosis: What the clinical should know, ed 4,atlanta,2000,CDC)
Sistem klasifikasi TB
kelas
Tipe
Keterangan
0
Tidak ada pajanan TB,tidak terinfeksi
Tidak ada riwayat terpajan dan reaksi terhadap tes tuberculin negatif
1
Terpajan TB terapi tidak ada bukti klinis
Ada riwayat terpajan tetapi tes tuberculin negative
2
Ada infeksi TB tetapi tidak muncul penyakit
Reaksi tes tuberculin positif,bila dilakukan pemeriksaan bakteri hasilnya negative dan tidak terdapat bukti klinis,bakteriologik ataupunradiografik TB
3
TB aktif secara klinis
Terdapat biakan Mycobacterium tuberculosis serta terdapat bukti klinis bacteriologic ataupun radiologic TB aktif
4
TB Tidak aktif secara klinis
Tes tuberculin positif,terdapat riwayat episode TB dan ditemukan radiologi yang abnormal.
5
Tersangka TB
Tes tuberculin positif,terdapat riwayat episode TB dan ditemukan radiologi yang abnormal atau tidak ada bukti klinis dari pemeriksaan radiologic sekarang dan diagnose ditunda

3.      Klasifikasi TBC berdasarkan proses perkembangan basil tuberkel di bedakan dalamdua tahap, yaitu:
a.       TuberKulosis primer
            Tuberkulosis primer merupakan serangan infeksi yang dapat terjadi pada anak atau orang dewasa dimana serangan tersebut merupakan serangan pertamakali. Basil tuberkel di dalam organ paru akan berimplantasi paling sering pada permukaan alveoli dari parenkim paru pada bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Ditempat implantasi tersebut reaksi yang ditimbulkan oleh basil tuberkel tersebut adalah suatu proses peradangan dan menyebar ke alveoli. Tuberkulosis primer dapat sembuh total,sembuh dengan meninggalkan bekas berupa garis-garis fibrotic atau justru  mengalami komplikasi dan penyebar ke organ tubuh lainnya.
b.      Tuberkulosis post primer
            Setelah sembuh pada tahap tuberkulosis primer, bukan berarti jaringan paru bebas dari basil tuberkel, tetapi basil tuberkel akan terus bertahan dalam sifat dormant dan berdinding yang disebut fase istirahat bagi tuberculosa. Pada saat individu penurunan daya tahan tubuhdan terpajan stress fisik maupun mental maka basil tuberkel dormant pada tuberculosis primer akan aktif kembali dan bermultifikasi yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi endogen.
E.      Patofisiologi / WOC
            Tempat masuknya kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,saluran peencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara,yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
            Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil; gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.setelah berada dalam ruang alveolus,biasanya di bagian bawah lobus atas paru atau bagian atas lobus bawah,Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak mampu membunuh bakteri tersebut. Sesudah hari-hari pertama leukosit dig anti oleh makrofak.alveoli yag terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus di fagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epoteloid,yang di kelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
            Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat dan seperti keju di sebut nekrosis kaseosa.daerah  yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon berbeda.jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
            Lesi primer paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat di lihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Namun, kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
            Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencarian,yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan  dan menimbulkan kavitas.Bahan tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial.Proses ini dapat berulang kembali di bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring,telinga tengah atau usus.
            Walaupun tanpa pengobatan,kavitas yang kecil dapat menutup dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkejuan dapat mengental dan tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

            Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organism yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,yang biasanya sembuh sendiri. Peyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier: ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organism masuk ke dalam system vascular dan tersebar ke organ-organ lain (Sylvia & Wilson,2006) 
Manifestasi klinis
            Tuberkulosis sering di juluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimptomatik.
            Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi dua golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik.
1.      Gejala respiratorik,meliputi :
a.       Batuk
            Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering di keluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak akibat timbulnya peradangan sehingga disebut batuk produktif bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan ataupun karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
b.      Batuk darah
            Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,mungkin tampak berupa garis atau bercaka-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya bentuk perdarahan tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c.       Sesak nafas
            Gejala ini di temukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti epusi pleura, pneumotoraxs,anemia dan lain-lain.
d.      Nyeri dada
            Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleuran terkena dan menimbulkan pleuritis.

2.      Gejala sistemik
a.       Demam
            Merupakan gejala yang sering di jumpai, biasanya timbul pada sore dan malam hari mrip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedangkan masa bebas serangannya semakin pendek.
b.      Gejala sistemik lain
            Gejala ini berupa kerigat malam, anoreksia,penurunan berat badan,malaise. Timbulnya gejalanya biasanya dalam beberapa minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas, walaupun jarnag dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
G.     Pemeriksaan dignostik
1.      Tes tuberculin ( tes mantoux )
      Tes mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Dasar tes tuberculin (tes mantoux) adalah reaksi alergi tipe lambat pada penularan dengan kuman pathogen baik yang virulen maupun tidak. Tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan di bentuknya immunologi seluler pada permulaan dan kemudian di ikuti oleh pembentukan antibody humoral yang dalam peranannya akan menekan antibody selluler. Semakin besar pengaruh antibody humoral maka semakin kecil indurasi yang timbul (Smeltzer dan Bare,2002).
Tehnik dasar adalah dengan menyuntikan tuberculin sebanyak 0,1 ml yang mengndung 5 unit tuberculin secara intrakutan,pada sepertiga atas permukaan lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alcohol.untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72 jam sesudah penyuntikan.interpretasi dibawah ini menunjukkan berbagai tipe reaksi:
a.       Indurasi 0-5 mm ;mantoux tes negative (-)
b.      Indurasi 6-9 mm ; mantoux tes meragukan
c.       Indurasi 10-15 ; mantoux tes positif (+)
2.      Foto thorax PA
Foto thorax PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain (Sylvia & Wilson,2006).
a.       Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.
b.      Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)
c.       Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
d.      Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
e.       Bayangan bilier
3.      Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum).
      Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia (Sylvia & Wilson,2006).
H.    Komplikasi
1.      Pneumonia
2.      Bronkhiektasis.
I.        Penatalaksanaan
            Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens anti tuberculosis) selama periode 6 - 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB) dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosalisilat, amikasin,dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
             Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang diseluruh dunia. Meski TB yang resisten terhadap obat telah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
1.      Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens anti tuberculosis garis depan pada individu yang sebelumya belum mendapatkan pengobatan.
2.      Resisten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens anti tuberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
3.      Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja, isoniasid (INH) dan  rifampin (RIF).
            Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis paru yang baru di diagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF, dan PZA selama 4 bulan,dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan totalnya 6 bulan. Sekarang ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti tuberculosis baru three in-one yang terdiri atas INH, RIF, dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Pada awalnya, etambutol (EMB) dan Streptomisin(SM) mungkin disertakan dalam terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat di dapatkan. Regimen pengobatan, bagaimanapun, tetap dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
            Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit signifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilaktik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin dipantau setiap bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi (Smeltzer & Bare,2002).
J.       Asuhan keperawatan tuberkulosis paru
1.      Pengkajian
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap yang dilakukan. Manifestaasi klinis seperti demam,anoreksia,penurunan berat badan, berkeringat malam, keletihan,batuk,dan pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernafasan yang lebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan,jumlah dan warna sekresi, frekuensi batuk parah, dan nyeri dada dikaji. Paru-paru dikaji terhadap konsolidasidengan mengevaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronchial,atau broncovesikuler,krekles), premitus egofomidan hasil pemeriksaan perkusi (pekak).pasien dapat juga mengalami perbesaran nodus limfe yang terasa sangat nyeri. Kesiapan emosional pasien untuk belajar ,juga persepsi dan pengertiannya tentang tuberculosis dan pengobatan juga dikaji. Hasil evaluasi fisik dan laboratoriumjuga di telaah (Smeltzer & Bare,2002)
2.      Diagnose keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan secret.
b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan alveolar kapiler.
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia




3.      Intervensi
No. dx
Diagnosa keperawatan
Tujuan/kriteria hasil berdasarkan NOC
Intervensi NIC
1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d  ketidakmampuan mengeluarkan secret
Tujuan berdasarkan NOC:
Menunjukkan bersihan jalan napas  yang efektif.
Hasil yang disarankan NIC:
-          Pasien mampu mengeluarkan secret tanpa bantuan
-          Pasien memperlihatkan perilaku/upaya mempertahankan bersihan jalan napas.
-          Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi berdasarkan NIC
-          Kaji fungsi pernapasan
-          Catat kemampuan untuk mngeluarkan mukosa atau batuk efektif;catat karakter,jumlah sputum,adanya hemogtisis.
-          Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam
-          Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Pendidikan untuk pasien/keluarga
-          Jelaskan penyebab ketidak patenan jalan nafas pasien
Aktivitas kolaborasi:
-          Beri obat-obatan sesuai dengan indikasi tindakan ini berkolaborasi dengan dokter
2
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan alveolar kapiler
Tujuan berdasarkan NOC:
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi
kriteria hasil NOC:
pernapasan kembali normal
menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigeniasi jaringan adekuat 
Intervensi berdasarkan NIC
-          Kaji bunyi paru-paru;frekuensi nafas.
-          observasi terhadap sianosis,terutama pada membran mukosa mulut.
-          auskultasi bunyi nafas.  
-          Berikan posisi yang nyaman kepada klien
Aktifitas kolaborasi dengan dokter sesuai dengan indikasi
3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
Tujuan bedasarkan NOC:
Nutrisi terpenuhi
kriteria hasil NOC :
-          Status gizi:tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik
-          Status gizi:asupan makanan dan cairan terpenuhi
-          Melaporkan keadekuatan tingkat energi  
Intevensi berdasarkan NIC:
-          Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan
-          Kaji makanan kesukaan klien
-          Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
-          Anjurkan klien untuk makan tinggi protein dan kabohidrat dalam porsi kecil tapi sering.
Pendidikan untuk pasien / keluarga
-          Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nitrisi dan bagaimana memenuhinya
Aktifitas kolaborasi
-          Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi pasien
-          Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
      Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma dan menimbulkan necrosis pada jaringan infeksi yang dapat mengenai organ dalam tubuh,tetapi yang paling sering dikenai adalah jaringan paru. Ditandai dengan gejala respiratorik (batuk,batuk berdarah,nyeri pada dada, sesak nafas ) dan gejala sistemik (demam).
      Untuk mengetahui seseorang tersebut positif Tuberkulosis paru perlu dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya tes tuberculin(tes montoux), poto thorax,Dn pemeriksaan bakteriologi(sputum). Dalam pemberian asuhan keperawatannya kita harus melakukan pengkajian terhadap pasien tersebut.sehingga dapat membantu dalam penentuan diagnosa keperawatan dan intervensi yang akan kita berikan.
B.     Saran
1.      Untuk kita semua sebagai calon  perlu memperhatikan resiko penularan ketika merawat pasien yang terkena tuberculosis paru.

No comments:

Post a Comment